Wednesday, December 7, 2011

away we go: lagi-lagi tentang perjalanan, dan lagi-lagi tentang pulang

Saya adalah seorang pemuja film, segala jenis film, dari barat sampai timur, dari utara sampai selatan. Jika diibaratkan makanan, buku adalah makanan penuh gizi yang harus dikunyah pelan-pelan, diresapi, dihayati, ditelan sedikit-sedikit dengan penuh hati-hati, dan setelahnya harus ditunggu agar gizi-gizi yang terkandung di dalamnya terserap sempurna ke dalam otak kita; sementara film adalah makanan yang mengandung nilai gizi yang sama tetapi dapat dikonsumsi secara cepat dengan sekali telan, mungkin semacam beragam jenis buah, sayur, daging, serta karbohidrat yang dicampur menjadi satu, dijus, kemudian dapat dihabiskan dalam beberapa detik, dan setelahnya otak kita sama-sama mendapat asupan gizi yang berguna.

Tetapi sayangnya tidak semua film yang saya tonton memiliki rasa yang pas untuk "lidah" saya. Film terakhir yang saya tonton yang menurut saya bagus adalah Pintu Terlarang-nya Joko Anwar, dan itu sudah hampir dua bulan yang lalu. Maka sebelum saya berubah menjadi retarded karena setiap hari dibombardir oleh episode demi episode South Park dan Family Guy yang memaksa untuk menanggalkan segala bentuk penggunaan intelegensi serta rasionalitas untuk bisa menikmatinya, saya memutuskan untuk pergi ke Moviebox dan mengajak *ehm apa itu istilahnya? "pacar"? yah itulah* dan memilih salah satu judul film secara acak untuk ditonton saat itu juga, dan terpilihlah Away We Go.

Disutradari oleh Sam Mendes, orang yang membuat Road to Perdition (film yang cukup berpengaruh untuk saya beberapa tahun yang lalu), Away We Go memiliki plot yang sederhana dan kompleks di saat yang sama. Sepasang kekasih bernama Burt dan Verona yang sedang hamil tua (kekasih, bukan suami-istri, karena Verona tidak pernah memahami mengapa orang harus menikah) melakukan perjalanan keliling Amerika untuk bersenang-senang setelah orang tua Burt yang selama ini tinggal di dekat mereka pindah ke Belgia.

Dalam perjalanannya, mereka bertemu dan berinteraksi dengan orang-orang yang kelak akan mengubah hidup mereka. Memang tipikal film perjalanan, dimana si tokoh akan belajar dari perjalanannya untuk kemudian menemukan bahwa harta karun terbesar mereka selama ini sebenarnya terletak tak jauh dari mereka. Tapi Sam Mendes berhasil dalam mengemas aspek-aspek romantis, cerdas, lucu, menghibur, serta melegakan secara utuh ke dalam sebuah film Amerika yang menurut saya sama sekali tidak terasa Holywood, malah mirip film-film Eropa. Yang jelas Away We Go mutlak memberikan saya kepuasaan menonton dan otomatis masuk ke dalam daftar film bergizi yang saya konsumsi tahun ini.

Berhubung saya tidak terlalu suka mereview sesuatu apalagi film, karena review itu seringnya malah menjadi racun yang membuat kepuasan menonton menjadi berkurang karena pikiran kita telah dipenuhi oleh ekspektasi-ekspektasi yang berasal dari pikiran orang lain, maka tulisan ini saya akhiri di sini saja. Ini memang bukan film serius, tapi juga bukan film kacangan. Agak tidak direkomendasikan untuk ditonton sendirian, dan sangat direkomendasikan untuk ditonton berdua bersama *ehm apa itu tadi istilahnya? "pasangan"? yah apalah itu* yang sama-sama tidak percaya dengan konsep pernikahan. Selamat menonton, selamat berjalan, selamat pulang.

3 comments:

  1. ehm.. sukses bikin ngiri,, dah lama ga nonton berdua bareng *ehm apa itu istilahnya?* *kekasih?*
    oke, begitu ada kesempatan pulang,, saya paksa dia ngajak ke bioskop. hohoho

    ReplyDelete
  2. bi, aku udah nonton bareng *ehm apa itu tadi istilahnya? "kekasih"?
    dan bener, mirip doi, dikit doang tapi. :P

    ReplyDelete