Thursday, January 2, 2020

omong kosong 4.0 #3

Beberapa hari lalu gigi geraham sebelah kananmu terasa sakit, begitu sakit sehingga kau berpikir betapa selama puluhan tahun kau kurang menghargai hidup tanpa sakit gigi. Kata dokter, gigi bungsumu tidak kebagian tempat untuk tumbuh, sehingga ia hadir dengan posisi yang ganjil; miring ke dalam dan hanya muncul sebagian ke permukaan gusi. Posisi yang ganjil ini menyebabkan sisa makanan menumpuk dan sulit dibersihkan, dus, muncullah infeksi. Kenapa rasanya banyak orang yang bermasalah dengan gigi yang telat tumbuh ini, ya? Pencarian google memberimu jawaban: nenek moyang manusia memiliki rahang dan gigi yang kuat untuk mengunyah segala jenis makanan, namun apa yang dimakan keturunannya semakin lama semakin lunak, sehingga proses evolusi melemahkan rahang dan gigi geraham paling bontot itu. Menarik. Lalu kau berpikir begini: jika kita membuat eksperimen dengan memodifikasi tubuh seseorang (misal, memotong telinga kirinya), kemudian kita lakukan hal yang sama pada keturunannya, dan hal yang sama pada keturunannya lagi, kira-kira perlu berapa generasi sampai muncul spesies manusia yang lahir dengan satu telinga? Kau dulu anak IPS, tidak tahu banyak tentang biologi (dan sejujurnya, tidak tahu banyak tentang ilmu sosial juga), sementara pencarian google tidak memberikan hasil yang memuaskan. Sudahlah, mau bagaimana lagi. Ngomong-ngomong, sekarang sudah waktunya minum antibiotik dan asam mefenamatmu, kau tentu tidak mau memiliki keturunan yang mengalami sakit gigi seumur hidupnya gara-gara nenek moyangnya luput minum obat, bukan?