Friday, October 26, 2012

the awkward truth #6

"People worry about kids playing with guns, or watching violent videos, that some sort of culture of violence will take them over. Nobody worries about kids listening to thousands, literally thousands of songs about heartbreak, rejection, pain, misery and loss."
-Rob Gordon, High Fidelity

luka

pada pukul dua pagi
seorang lelaki terbangun dari tidurnya
kemudian ia berkaca,
dan mendapati dirinya hilang dimakan usia

pada pukul dua pagi
seorang perempuan selesai sembahyang
kepalanya dipenuhi bayang-bayang
tentang raganya yang semakin meradang

pada pukul dua pagi
ada dua makhluk yang belum rela pergi
sebab masih ada hal yang rajin disesali:
kenapa dulu mereka tak pernah saling mengerti

Thursday, October 18, 2012

Paprika: merekonstruksi mimpi

Ide untuk mengatur dan beraktivitas secara sadar dalam mimpi --baik mimpi milik sendiri maupun orang lain-- sepertinya telah menjadi obsesi manusia sejak lama. Dalam mitologi Yunani dikenal adanya Oneiroi, yaitu sekelompok dewa yang bisa masuk ke dalam mimpi manusia. Beberapa suku di Indian memiliki tradisi untuk menggantungkan jimat berbentuk jaring kecil di atas kepala manusia ketika tidur, fungsinya adalah untuk menangkap hal-hal buruk yang berusaha masuk ke dalam mimpi.

Dalam kehidupan modern, orang-orang pun masih membahas mimpi dan fantasi untuk 'terbangun' di dalamnya. Dari mulai mitos lucid dream dan segala tutorialnya hingga "Inception", film terakhir yang dengan berani memvisualisasikan mimpi manusia. Inception adalah film yang bagus, tapi menurut saya Christopher Nolan kurang bersenang-senang dengan penggambaran dunia mimpinya. Visualisasi mimpi versi Nolan terasa dingin, kaku, dan serius. Padahal menurut saya, sedingin apa pun manusia, mimpinya tetap memiliki absurditas berwarna-warni yang estetis. Hal itulah yang menjadi kebalikan dalam "Paprika"

Paprika adalah film animasi garapan Satoshi Kon, dirilis tahun 2006, dan disebut sebagai salah satu karya yang menginspirasi Inception. Ceritanya sebenarnya sangat sederhana: DC Mini, sebuah alat yang memungkinkan orang untuk masuk ke dalam mimpi orang lain sekaligus dapat mengaburkan batas antara mimpi dan kenyataan, suatu hari dicuri dari laboratorium tempatnya diproduksi. Kemudian sisanya adalah bagaimana para tokohnya mencari alat tersebut sekaligus motivasi dari si pencuri. Tokoh-tokoh tersebut adalah Paprika, seorang gadis periang yang berprofesi sebagai terapis mimpi yang sebenarnya merupakan alter-ego dari peneliti yang selalu terlihat murung bernama Chiba; Kogawa, polisi yang selalu dihantui mimpi buruk; dan Tokita, asisten Chiba yang jenius tapi kekanak-kanakan.

Plot sederhana tersebut menjadi begitu menyenangkan untuk dilihat karena dibalut oleh hal yang paling menakjubkan dari film ini, visualisasinya! Serius, film ini mampu menciptakan penggambaran mimpi yang benar-benar real (oke, itu terdengar ambigu), bahkan mungkin lebih real dari mimpi sesungguhnya (dan ini jauh lebih ambigu). Saya benar-benar dimanjakan oleh parade visual berwarna-warni yang datang bertubi-tubi. Ini yang saya maksud Nolan kurang bersenang-senang, karena visualisasi mimpi seharusnya memang seperti ini, berwarna-warni penuh absurditas, meskipun sebenarnya tema dari film ini cukup "gelap" juga. Yang lebih menyenangkan, di saat saya berpikir film ini sudah mencapai ujungnya, muncul babak baru yang visualisasinya jauh lebih bagus lagi! A massive eyegasm!

Sebenarnya sedikit tidak adil jika membandingkan ini dengan Inception, karena ini adalah film animasi, sehingga memiliki peluang lebih banyak menghadirkan keajaiban-keajaiban dalam penggarapannya. Tapi tetap saja saya berani mengatakan film ini sempurna.

p.s. : entah kenapa ketika menonton ini saya merasakan aura yang sama seperti yang saya rasakan ketika membaca "20th Century Boys".