Saturday, January 21, 2012

nice day for a sulk

Jika kita perhatikan, sebenarnya segala yang terjadi pada hidup kita adalah pengulangan, semuanya merupakan repetisi dari apa yang pernah kita alami sebelumnya. Sebutlah sebuah kejadian, entah yang bermakna positif mau pun negatif, jika kita mau jujur, kejadian semacam itu pernah kita alami sebelumnya, hanya saja dengan kemasan yang berbeda. Itulah sebabnya kita tidak pernah merasa asing dengan emosi yang muncul setiap kali tubuh merespon kejadian yang terjadi pada kita. Semua perasaan senang, sedih, marah, kecewa, takjub, dan jenis-jenis perasaan lain yang telah maupun belum diberi nama oleh manusia itu pernah kita rasakan sebelumnya, dan praktis akan terus kita rasakan sampai tubuh kita tak mampu lagi merespon sebuah stimulus.

Dengan demikian para motivator di tivi yang selalu mengatakan bahwa "hidup selalu baru setiap harinya" tidak sepenuhnya benar dengan apa yang dikatakannya. Sebenarnya hidup tidak berubah, tetapi kitalah yang lupa. Ya benar, lupa. Salah satu anugerah terbesar yang dimiliki manusia adalah lupa. Dengan melupakan, kita bisa berulangkali melakukan sesuatu yang telah jelas akan berujung pada sesuatu yang tidak menguntungkan bagi kita. Sebaliknya, dengan lupa kita juga akan selalu bisa merasakan perasaan positif tanpa bosan meskipun berulangkali telah kita rasakan sebelumnya. Dengan lupa, hidup terlihat baru di mata kita setiap kali kita membukanya di pagi hari.

Saturday, January 14, 2012

the awkward truth

"It’s just murder, man. All of God's creatures do it, some form or another. I mean, you look in the forest, you got species killing other species. Our species is killing all the species including the forest, and we just call it 'industry', not murder."
-Mickey Knox, Natural Born Killers

Wednesday, January 11, 2012

oxymoron

you do it to yourself, you do
and that's what really hurts
is that you do it to yourself
just you, you and no one else
you do it to yourself
you do it to yourself

(Radiohead-Just)

Mimpi saya semalam --dini hari lebih tepatnya-- sangat aneh. Setingnya adalah kamar saya yang benar-benar detil dan mirip dengan yang asli. Ceritanya saya terbangun karena mendengar suara benda terjatuh, dan ternyata suara itu berasal dari salah satu rak buku saya dimana terdapat Al-Qur'an dan Bibel dalam satu deret. Kedua buku itu terjatuh dengan sendirinya dan membuat buku-buku di sekitarnya ikut berhamburan ke lantai. Saya tidak berani bergerak dan membuka mata sebelum akhirnya saya benar-benar terbangun di dunia nyata dan melihat buku-buku dalam rak tersebut masih berada rapi pada tempatnya.

Saya sempat yakin peristiwa barusan benar-benar terjadi sebelum saya sadar bahwa di rak tersebut tidak ada Al-Qur'an, tetapi buku "Kisah Para Nabi dalam Al-Qur'an" yang bersebelahan dengan Bibel berukuran mini.

***

"South Park" dan "Family Guy", dua kartun favorit saya, seperti tipikal produk Amerika populer lainnya, sangat senang menjadikan agama dan Tuhan (maupun tuhan) sebagai bahan lelucon. Masing-masing pernah membuat episode tentang gambaran masa depan dimana manusia hidup tanpa agama. Keduanya menggambarkan keadaan yang sama: masa depan yang indah, damai, dan semua orang bahagia karena tidak mengenal agama. Tentu saja, seperti lelucon-lelucon mereka yang lain, dan juga seperti lelucon-lelucon dalam hidup yang seringkali mewujud tidak dalam bentuk lelucon, pasti ada yang bisa ditertawakan di balik sarkasme yang hanya bisa terasa lucu jika kita telah siap untuk menertawakannya.

Yang paling lucu dari episode-episode tersebut adalah kenyataan bahwa manusia akan tetap berperang dengan atau pun tanpa agama.

***

Tadi siang saya membaca berita yang sangat aneh. Sekitar dua ribu penduduk di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat diberitakan belum memeluk agama "resmi" yang ada di Indonesia. Hal tersebut membuat heboh para pejabat di sana. Kepala Kementerian Agama menghimbau agar mereka memeluk salah satu dari enam agama yang telah disediakan di Indonesia. Salah satu anggota DPR mengatakan bahwa polisi dan bupati harus turun tangan dalam masalah ini karena jika ada warga yang belum menganut agama "resmi", maka mereka tidak layak menjadi warga Indonesia.

Saya jadi ingat dengan anekdot tentang jari dan bulan. Tuhan digambarkan sebagai bulan, sedangkan agama adalah jari yang menunjuk ke arah bulan. Keindahan sebenarnya adalah bulan itu, tetapi kebanyakan orang justru lebih tertarik dengan jari yang menunjuk tersebut dengan cara memakaikan perhiasan kepadanya, menyucikannya, bahkan mungkin menyembahnya.

Saya sih lebih tertarik melihat bulan, jari adalah penunjuk arah. Jika suatu ketika saya lupa di mana letak bulan, saya tinggal melihat ke mana arah jari menunjuk, dan tidak melulu pada satu jari saja, karena semua jari menunjuk ke arah yang sama. Tetapi bukan berarti jari cuma berfungsi sebagai penunjuk arah. Kadang ketika langit mendung dan bulan tidak terlihat, saya merasa aman dengan melihat jari yang terus menunjuk, karena itu menunjukkan bahwa bulan selalu berada di sana, bahkan dalam keadaan langit tergelap sekali pun.