Thursday, January 7, 2016

merayakan pengulangan


Tahun baru. Sekali lagi, Bumi berhasil mengelilingi matahari secara penuh dengan selamat sentosa. Perjalanan selama 365 hari, 5 jam, 48 menit, dan 46 detik itu tentu meninggalkan jejak perubahan di sana-sini. Dunia detik ini tidak mungkin sama dengan dunia sedetik yang lalu, apalagi setahun yang lalu. Sebuah keniscayaan. Panta rhei kai uden menei, kata Herakleitos si filsuf Yunani. Semuanya mengalir dan tidak ada satu pun yang tinggal tetap.

Namun, benarkah? Benarkah semua berubah? Benarkah kita berubah? Benarkah dunia serupa air, yang tak pernah mengalir di titik yang sama lebih dari sekali? Saya kira, kalau dipikir betul-betul, jawabannya tidak sesederhana ya atau tidak.

Dalam film Palindromes, salah satu tokohnya, Mark, bilang kalau manusia tidak pernah berubah. Menurutnya, orang yang depresi akan selalu menjadi sosok yang depresif. Orang yang ceria akan selalu menjadi pribadi yang ceria.

"Kamu bisa menurunkan berat badan, melakukan perawatan wajah, memperbesar payudara, bahkan mengganti jenis kelamin. Tapi itu semua tidak akan berpengaruh. Baik usiamu 13 ataupun 50 tahun, kau adalah orang yang sama," kata Mark.

Baik Herakleitos maupun Mark mestilah punya argumen masing-masing tentang pendapatnya yang saling bertolak belakang itu. Saya, sebagai seorang moderat garis keras alias selalu bingung menentukan sikap, mengambil jalan tengah dengan berkeyakinan: dunia berdinamika dalam sebuah siklus repetisi tiada akhir. Artinya, ia berubah, tapi sesungguhnya tidak berubah-berubah amat.

Kesimpulan itu tentu tidak jatuh dari langit. Secara empiris, saya atau siapa pun dapat memperhatikan bahwa dunia, meskipun ia bergerak secara masif dengan tingkat kompleksitas yang maha tinggi, memiliki pola-pola yang begitu sederhana untuk diurai. Meski ia berubah, perubahannya itu bisa ditebak, karena mengikuti pola yang sama berulangkali.

Jadi, betul jika dunia adalah air, tapi ia tidak mengalir di sungai yang berupa garis linear, melainkan di sebuah pipa raksasa yang tersambung membentuk lingkaran. Dunia bisa mengalir di titik yang sama lebih dari sekali, tetapi dalam warna, bentuk, atau nama yang berbeda.

Dalam tataran individual, situasinya lebih lucu lagi. Beberapa hal berubah, beberapa lainnya belum tentu. Yang pasti berubah adalah fisik, identitas, dan segala hal yang bersifat materi lainnya. Psikologisnya, belum tentu.

Sepuluh tahun yang lalu, saat saya berada dalam fase remaja awal, saya adalah orang yang sinis dan tidak puas pada dunia, sambil diam-diam bersyukur dengan sungguh-sungguh atas keindahan yang dikirim oleh semesta. Saat ini, ketika saya sudah menikah, punya anak, punya pekerjaan dengan penghasilan yang cukup, serta telah melewati rangkaian proses biologis selama 10 tahun yang mengubah fisik saya, apakah saya masih orang yang sama?

Secara status, identitas, fisik, dan lain sebagainya, saya berubah. Saya bukanlah saya 10 tahun yang lalu. Tapi, hari ini, saya masihlah orang yang sinis dan tidak puas pada dunia, sambil diam-diam bersyukur dengan sungguh-sungguh atas keindahan yang dikirim oleh semesta. Hanya objek untuk saya rutuki dan syukuri sajalah yang berbeda. Saya masih saya 10 tahun yang lalu, 15, bahkan mungkin 20 tahun yang lalu.

Dalam ilmu Psikologi Industri, ada teknik wawancara bernama Behavioral Event Interview, atau disingkat BEI, biasa digunakan untuk menyeleksi karyawan baru. Konsep dasar BEI adalah mengumpulkan informasi tentang masa lalu subek, untuk memprediksi perilakunya di masa depan. Artinya, subjek diasumsikan akan mengulangi perilaku yang sama, pola yang sama. Titik yang sama untuk dialiri.

Maka, jangan heran kalau dalam hidup ini, kita berkali-kali terbentur ketakutan yang sama, tersandung kesalahan yang sama, bahkan beradu konflik yang sama dengan orang yang sama. Di sisi lain, kita juga berkali-kali merengkuh kebahagiaan, ketenangan, dan kedamaian yang sama. Karena meski kita berubah, toh kita tidak pernah benar-benar berubah.

Selamat merayakan pengulangan.