Thursday, May 31, 2012

the awkward truth #4

Becky: I’m not saying that it’s not alright for you. But yes, I do think that marriage goes against our primal nature.
Dante: To be loved?
Becky: To fuck, as much as possible. Spread the seed around and keep the species going. And all that shit that they feed us in the movies and greeting cards is just propaganda to get us to marry, have kids, and keep the economy going. Marriage is just the keystone to economics.
-Clerks 2

Saturday, May 19, 2012

"Everything is nothing, including the consciousness of nothing."
-E. Cioran

Thursday, May 17, 2012

"anywhere, anywhere, out of this world."

“The world is a book and those who do not travel read only one page.”
-St. Agustine

Penampilannya biasa saja, bahkan sangat biasa. Sekilas saya pikir dia adalah salah satu pekerja renovasi  kampus yang sengaja ikut main remi bersama beberap teman saya di depan sekretariat. Umurnya sekitar 20-an akhir atau 30-an awal. Saya pun menyodorkan tangan, menyalaminya.

"Dari mana Mas?"
"Dari Mapala Merah Putih."
"Hah Mapala Merah Putih? Mana tu?" tanya saya, bingung karena belum pernah mendengar nama itu.
"Mapala seluruh Indonesia." jawabnya. Saya makin bingung.
"Nih baca dulu." kata teman saya sambil menyodorkan sebuah buku kumal.

Buku tersebut ternyata adalah kumpulan testimoni dari mapala-mapala serta markas-markas militer beserta capnya dari berbagai tempat di Indonesia. Ternyata orang ini adalah seorang musafir, melakukan perjalanan keliling Indonesia, dengan sepeda. Asalnya dari Pati. Di setiap kota yang dia datangi, dia menyempatkan untuk mengunjungi markas militer dan mapala-mapala dan meminta testimoni, cap, stiker, foto bersama, atau apa pun yang bisa menandakan kehadirannya. Barang bawaannya hanyalah sebuah sepeda, sebuah ransel yang isinya beberapa potong pakaian, serta kumpulan dokumentasi-dokumentasi itu, berupa tiga buah buku, sebuah album foto yang sudah tidak berbentuk album, foto-foto lain yang tidak terbungkus, serta sebuah sertifikat yang entah datang dari mana.

Dia bercerita pernah mendaki sekitar 70-an gunung yang ada di Indonesia dan luar negeri. Ya, luar negeri. Dia bercerita pernah pergi ke tiga negara, Singapura, Malaysia, dan India. Ketika saya bertanya apakah dia memiliki visa, dia hanya tertawa. Dia bercerita ketika pergi ke India, dia menumpang sebuah kapal pengangkut ganja milik Kolombia yang berlayar dari Sabang. Di sana dia menjadi imigran gelap dan sempat pula mendaki Himalaya yang legendaris itu. Dia juga menceritakan pengalaman-pengalaman buruknya selama melakukan perjalan, dari mulai sepedanya yang hilang di Monas sampai pengalaman ditangkap dan dipukuli oleh GAM.

Kata-katanya yang masih terngiang di kepala saya adalah ketika dia mengatakan "Kalian tu kuliah buat apa? Aku tu sekolah cuma sampai kelas 2 SD, tapi udah dapat banyak banget ilmu dan pengalaman, dan itu juga masih kerasa kurang." Makjleb rasanya, langsung berpikir betapa dunia tu sebenarnya amat sangat luas tapi tega-teganya saya menyempitkan dunia saya sendiri. Betapa tidak pernah kemana-mananya saya. Betapa telah menjadi begitu angkuhnya kita para mahasiswa dengan merasa amat pintar ketika sedikit-sedikit bisa berkomentar tentang bencana, FPI, atau pun Lady Gaga, padahal pengetahuan sebenarnya ada di luar sana.

***

"Mas, sebenarnya apa yang Mas cari dari ini semua?"
"Kamu tahu Sunan Kalijaga? Kira-kira sama dengan apa yang dia cari dalam perjalanannya.."