Monday, May 9, 2011

we are the future!

Malam Minggu kemarin saya melakukan hal yang tidak biasa saya lakukan pada malam Minggu selain masuk goa dan tidur di kost: datang ke gig. Bertempat di Pondok Laras, Jakal atas, judul acaranya Awake. Tujuan awal saya datang adalah untuk melihat band teman saya Dito, Wicked Suffer, yang setelah sekian lama akhirnya saya bisa lihat untuk pertama kalinya.

Sembari hujan-hujanan bersama dua teman, saya datang pada sepertiga waktu terakhir. Dari 17 band yang main malam itu, saya hanya kebagian melihat 5 band. Dan setelah saya pikir, ternyata motivasi saya untuk datang kesana bukan hanya untuk melihat band teman saya itu, ada hasrat yang selama ini ditekan dalam alam bawah sadar saya yang begitu ada momen bisa mendadak keluar untuk dipuaskan; hasrat untuk datang ke gig!

Saya jadi ingat, ketika SMA saya tidak pernah absen untuk menonton acara beginian. Setiap ada gig dimanapun di Bandung saya selalu berusaha untuk datang, dari Dago Tea House sampai Piset, dari AACC sampai kampus-kampus. Dan saya beruntung sempat merasakan gedung Saparua yang legendaris itu beberapa kali.

Bisa dipastikan, setiap akhir pekan saya jarang berada di rumah, entah itu karena pulang malam, pulang subuh, atau tidak pulang sama sekali. Membawa badan yang pegal-pegal, gusi berdarah, hidung ngilu, dan entah cidera apalagi yang saya dapatkan dari semalaman menenggelamkan diri dalam moshpit.

Ketika kuliah di Jogja, saya hanya sempat beberapa kali datang ke gig. Bahkan setelah saya ingat-ingat, yang terakhir adalah ketika saya menonton Siksa Kubur di UNY, dan itu sudah lebih dari dua tahun yang lalu. Keputusan saya untuk aktif berorganisasi membuat saya tidak mempunyai waktu untuk melakukan hal lain selain masuk goa setiap akhir pekan dan rapat di hari lain. Tapi toh itu semua adalah konsekuensi yang sudah siap saya tanggung dari pilihan saya, karena konsekuensi datang satu paket dengan pilihan, begitu kata kakak saya.

Maka begitulah, malam minggu kemarin saya seperti mengalami regresi. Saya merasa seperti ditarik kembali ke masa-masa SMA, teriakan-teriakan, bau alkohol dan keringat dimana-mana, orang-orang yang seperti trance, tapi bedanya kali ini saya hanya menikmati dari jauh. Bukannya saya tidak ingin menikmati lebih jauh dengan bergabung ke dalam kerumunan tanpa personal-space itu, tapi justru saya sedang menikmati dengan cara yang berbeda. Saya berusaha meresap semua atmosfir ini ke dalam diri saya, begitu meresap sehingga saya sampai merinding.

Mungkin suatu saat ketika ketakutan saya akan membosankannya menjadi tua terbukti, saya akan sering-sering datang ke gigs. Karena disana usia menjadi identitas yang tak lagi penting. Disana berkumpul orang-orang yang menolak tua, dan yang paling penting, disana saya mempunyai kesempatan untuk regresi kembali ke masa remaja. Panjang umur masa muda, panjang umur masyarakat subkultur!

Aku tak akan pernah beranjak
Aku tak akan berubah
Aku tak akan mau dewasa,
Bila dewasa sepertimu aku tak mau

-Puppen

Free At Last, Bandung, Agustus 2006.

1 comment:

  1. Saya bahkan lupa kapan gig terakhir yang saya kunjungi.
    Good old days. Hahaha.

    ReplyDelete