
Ceritanya sih biasa saja, seorang laki-laki yang terbiasa membolak-balik mimpi dan realitanya sejak umur 6 tahun jatuh cinta pada tetangga sebelah apartemennya. Tapi sinematografinya, wow! Walaupun warnanya masih kalah oleh Eternal Sunshine, tapi caranya menggambarkan mimpi sangat sangat keren! Berbeda dengan Inception yang menggambarkan mimpi dengan terlalu serius dan real, film ini menggambarkan mimpi dengan spontan, absurd, dan tentu saja lebih dreamy. Another awesome bizzare movie.
Film kedua saya tonton di XXI, Festival Sinema Prancis 2011. Acara gratis ini menyedot banyak sekali orang. Selain oleh mereka yang memang suka sama film Prancis, maupun oleh orang-orang yang datang karena tertarik dengan kata "gratis"-nya, seperti saya. Iya lah, kapan lagi bisa nonton di bioskop tanpa ngeluarin duit selain buat parkir? Saya datang setengah jam sebelum film dimulai dan ternyata kursinya sudah penuh, untung saja teman saya si Coco nge-take kursi untuk saya di sebelahnya.
Judulnya Les Enfants De Timpelbach, film komedi keluarga. Sebuah desa kecil di Prancis bernama Timpelbach (yang digambarkan dengan amat keren, dengan kastil, gunung, sungai, dan padang rumputnya yang membuat saya berkali-kali misuh saking kagumnya) anak-anaknya sangat nakal sehingga membuat orang tua mereka membuat sebuah rencana untuk menghukum mereka: meninggalkan desa selama sehari dan membiarkan para anak mengurus dirinya sendiri.
Tapi ada sebuah masalah sehingga membuat para orang tua tidak kembali ke desa selama berhari-hari. Hal ini mengakibatkan terpecahnya para anak kecil ke dalam dua kubu: kubu anak-anak baik yang mengurus dirinya dengan cara-cara yang baik sambil menunggu orang tua mereka kembali, dan kubu anak-anak nakal yang mengasingkan diri ke sebuah bar di pinggir desa dan menghabiskan waktu dengan bermain kartu, minum bir, dan menghisap cerutu. Kubu ini menolak kedatangan kembali orang tua mereka karena mereka membenci otoritas orang dewasa dan berpikir bisa mengurus diri mereka sendiri. Film ini mengingatkan saya pada Pippi Langstrump, yang juga berpikir bahwa anak kecil seharusnya bisa hidup tanpa perintah dari orang dewasa. Konsep anarki dalam cerita anak-anak, eh?

weeeeeekkkk
ReplyDelete