Thursday, March 31, 2011

"motivasilah diri anda atau saya akan memotivasi anda secara paksa"

Beberapa waktu yang lalu, kelas Modifikasi Perilaku yang saya ambil kedatangan tamu. Seorang pakar dan praktisi SEFT (Self Emotional Freedom Therapy). Teknik self-healing yang baru dikembangkan di Indonesia. Sebenarnya tidak baru, karena ia adalah gabungan dari tiga belas teknik self-healing yang sudah lebih dulu populer dan ditambah kata "spiritual" di depannya.

Inti terapinya adalah dengan menekan titik-titik tertentu di tubuh manusia yang biasa digunakan untuk akupunktur sambil mengucapkan kalimat-kalimat afirmatif dan syukur. Yah, sama sekali bukan hal baru. Sang pakar memberikan terapi kepada teman saya yang sedang cemas dengan kematian karena belakangan ini orang-orang disekitarnya banyak yang meninggal karena penyakit. Setelah diterapi teman saya ditanya "bagaimana perasaan anda sekarang?", "Lebih tenang.." jawabnya. Lagi-lagi bukan hal baru..

Di pertemuan berikutnya dosen saya bertanya apa pendapat kami tentang teknik ini. Kebetulan saya yang ditanya, maka saya jawab "Saya tidak tertarik dengan teknik-teknik self-healing semacam itu. Saya skeptis. Kalo ada diantara teman-teman yang menganggap itu berguna, itu bagus, tapi untuk saya sih itu biasa saja..", dalam kata lain saya ingin berkata "Saya muak dengan teknik-teknik self-healing dan buku-buku self-motivation!"

Jadi begini, jika dosen saya menganggap saya skeptis karena teknik-teknik itu tidak pernah berhasil untuk saya, dia salah. Saya sudah pernah mengalami hal-hal aneh nan menggembirakan karena buku-buku motivasi, sebutlah The Secret dan Quantum Ikhlas. Saya muak dengan hal-hal itu walaupun mereka pernah memberikan efek yang luar biasa untuk saya.

Mari kembali ke beberapa tahun yang lalu, ketika teknik-teknik dan buku-buku semacam itu belum mewabah seperti sekarang. Saya ingat ketika orang sedang senang-senangnya membicarakan ESQ, sebuah hal baru di Indonesia --saat itu--. Ketika itu ayah saya didukung oleh kakak saya yang telah lebih dulu mengikuti training-nya menyuruh saya mengikuti training ESQ, yang selalu saya tolak dengan alasan sederhana: saya tidak suka dijejali hal-hal berbau spiritual dan motivasi atau entah apapun itu secara bertubi-tubi.

Kemudian datang The Secret-nya Ronda Bhyrne. Yang ini sepertinya memberi efek yang dahsyat untuk para motivator-motivator baru, dan tentu saja pengusaha-pengusaha baru. Ditandai dengan membludaknya judul-judul buku baru pada rak "Psikologi dan Pengembangan Diri" di toko buku manapun. Menurut saya itulah titik dimana psikologi menjadi ilmu yang populer, ilmu yang laris dijual, ilmu yang kacangan sehingga kamu tidak perlu kuliah 144 SKS untuk bisa menulis buku tentangnya. Dan para selebritis di layar televisi seolah mengamininya, dari mulai Romy Rafael sampai Uya Kuya.

Maksud saya adalah, saya setuju dengan usaha-usaha untuk memotivasi orang yang sedang membutuhkannya. Tapi membuat orang termotivasi dan memaksa orang untuk termotivasi adalah dua hal yang berbeda. Dan itulah yang terjadi sekarang ini, bagaimana orang berusaha keras untuk menjadi generasi yang ber-positive thinking, positive feeling, atau apalah itu. Kalimat-kalimat milik para tokoh dunia yang seharusnya bisa benar-benar memberi motivasi dan pencerahan menjadi menyebalkan ketika ditulis di status Facebook atau di-retweet berjamaah secara serampangan. Ya, ternyata ada yang baru disini, budaya quotes.

3 comments:

  1. saya gak pernah liat acara motivasi mario teguh ataupun memfllow quotes di twitter..saya punya motivasi sendiri.

    btw mas boleh tau twitternya apa? pgn aku flw :D

    ReplyDelete
  2. iya ni follow aja @yahoo.co.uk
    eh itu mah e-mail deng ya..ga punya twitter ternyata..

    ReplyDelete
  3. Setuju! itulah kenapa dari kecil saya ga suka disuruh ibadah ataupun belajar.. makin disuruh, makin ga mau.
    bagi saya 2 hal tersebut harus dilakukan murni atas keinginan sendiri

    ReplyDelete