Tuesday, June 16, 2020

fuck you and your woke opini demi konten

Di halaman klinik tempat istri saya bekerja, ada sebuah perosotan dan ayunan kecil yang terbuat dari plastik. Keduanya biasa digunakan oleh anak-anak yang sedang mengantar keluarganya berobat. Jika kami sedang menunggu ibunya praktik, Kirana selalu main di situ. Kadang sendirian, kadang bersama anak lain yang entah siapa.

Malam itu, setelah turun dari mobil, seperti biasa Kirana langsung berlari ke arah perosotan dan ayunan. Di sana sudah ada beberapa anak yang sedang bermain, kira-kira seumuran anak TK. Kirana, yang saat itu masih berumur 3 tahun, mendekat, ikut mengantri di belakang mereka. Saya berdiri mengawasi tak jauh dari situ sambil membuka ponsel. Beberapa menit kemudian, saya lihat ia masih berdiri di tempatnya semula, belum juga mendapat giliran. Saya amati, anak-anak itu tampak sengaja tidak memberinya kesempatan untuk ikut bermain.

Kemudian, seorang anak perempuan, yang tampaknya paling tua di antara mereka datang mendekat, sambil menunjuk wajah Kirana, ia berseru pada kawan-kawannya, "Anak ini jangan diajak main ya, karena mukanya hitam!"

Saya terperanjat, dan selama beberapa detik tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Beberapa orang dewasa yang ada di situ, yang sebagian pasti adalah orang tua dari anak-anak ini, hanya tersenyum canggung. Satu orang di antaranya bahkan terkekeh menyaksikan kejadian yang sungguh tak elok itu.

Kirana tampak murung. Saat itu, ia belum paham dengan konsep warna kulit dan bingung kenapa tidak boleh ikut bermain. Saya langsung mengajaknya menunggu di mobil. Untuk menghiburnya, saya membiarkannya menonton video youtube, sementara saya berusaha mengatur emosi. Kejadian itu membangkitkan ingatan tentang berbagai pengalaman pahit yang saya rasakan karena berkulit gelap, terutama saat masih kecil.

Saya sepenuhnya sadar bahwa anak kecil tadi tidak jahat dan ucapan serta pikiran seperti itu tidak datang begitu saja dari langit, tapi diajarkan oleh lingkungan dan orang-orang terdekat. Namun tetap saja, saya tidak bisa menahan segala perasaan marah, sedih, dan kecewa untuk hadir. Saat istri saya selesai praktik, masuk mobil, dan bertanya kenapa muka saya masam, jawaban saya adalah, "Baru kali ini aku ingin membakar anak kecil hidup-hidup."

Rasisme adalah salah satu hal buruk yang tumbuh subur dalam kepala orang Indonesia, dan sekarang mereka semua tiba-tiba peduli dengan hal itu? Eat fucking shit.

2 comments:

  1. sedih, marah, bingung, baca ini.

    chin up, Kirana! don't let people belittle you! if they don't want to play with you, then it's their lost, not yours.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setelah itu dia sempet masuk fase dikotomi hitam-putih, mir. Kulit putih: cantik/ganteng, kulit hitam: jelek. Dapet dari temen-temen mainnya kayaknya. Agak lama juga kami berusaha ngubah mindsetnya yang ngawur itu. Sekarang mah udah mendingan. Suram.

      Delete