"Jika kau tidak menyukai posisimu sekarang, pindahlah, kau bukan pohon."
Setiap mendengar kalimat itu, aku suka meringis. Bukannya tidak suka. Itu kalimat yang bagus, memberi semangat pada manusia untuk terus bergerak, terus berubah. Masalahnya, aku bukan manusia, aku adalah sebatang pohon! Aku tidak menyukai posisiku sekarang, tapi aku tidak bisa berpindah tempat.
Aku tumbuh di sebuah taman buatan di tengah kota. Sebenarnya, kehidupan di sini sama sekali tidak buruk. Tidak ada penebang liar, tidak ada beruang yang suka menancapkan cakar mereka, dan nyaris tidak ada kemungkinan terjadi kebakaran seperti yang menimpa pohon-pohon di pulau seberang.
Yang mengganggu pikiranku adalah aku merasa tidak berguna. Batangku sangat kurus. Saking kurusnya, pernah suatu hari ada seorang anak kecil bersembunyi di balik badanku ketika bermain petak umpet dan ia ketahuan kurang dari dua detik.
Daunku tidak lebat, berbeda dengan pohon di sebelahku yang rimbun. Orang-orang senang bernaung di bawahnya sembari mengerjakan berbagai hal. Membaca buku, tiduran, tidur betulan, berciuman, atau sekadar duduk bengong. Sementara aku, bahkan dikencingi gelandangan pun belum pernah.
Aku ingin sekali pindah ke suatu tempat di mana aku merasa berguna. Tempat di mana pohon sepertiku memiliki kesempatan untuk bersinar. Kira-kira sejak lima tahun lalu, itu doa yang kupanjatkan setiap malam.
***
Segala sukacita bagi si pohon. Besok, Dewi Artemis akan mengabulkan doanya. Tepat pada tengah hari, langit akan mengirim dua orang penagih utang yang lari ke arah taman karena dikejar orang-orang yang marah.
Karena habis akal, dua penagih utang itu akan memanjat batang si pohon meski ia bertubuh kurus dan berdaun jarang.
Tidak, si pohon tidak akan ambruk. Dua penagih utang itu akan sampai ke ujung tubuhnya dengan selamat, disusul orang-orang yang marah beberapa menit kemudian.
Orang-orang yang marah itu kemudian akan bergantian berjaga di bawah pohon, mengabaikan dua penagih utang yang memohon-mohon untuk diampuni, namun kita tentu tahu itu hal yang sia-sia.
Si pohon akan menjadi saksi kedua penagih utang itu dibakar matahari dan diguyur badai berhari-hari hingga keduanya mati dan orang-orang marah yang menunggu di bawah pulang dengan hati riang.
Mulai besok, si pohon akan merasa berguna.
No comments:
Post a Comment