Saturday, December 5, 2015

Kirana

Pada awalnya adalah kekosongan. Kemudian, sebuah titik yang maha padat, maha berat, dan maha panas meledak. Berdentum, menggelegar, menceraiberaikan dirinya ke segala arah. Ke depan, belakang, atas, bawah, kanan, kiri, terus menjalar memenuhi kekosongan dirinya sendiri, hingga ia tak lagi kosong. Ia menjadi ruang, menjadi ada, menjadi semesta.

Dalam kurun waktu yang maha panjang, materi dari hasil dari ledakan itu berkumpul, bergumul, bergesekan, bertubrukan, dan berpelukan satu sama lain. Mereka bergabung, membentuk sekelompok bintang muda yang tersebar di seluruh galaksi. Bintang-bintang itu kemudian kembali memadat, memanas, dan meledak. Debu dari ledakan bintang itu tersebar kembali ke seluruh arah, bergabung dengan debu-debu dari ledakan jutaan bintang lain. Menjelma siklus, mereka meledak, bergabung, meledak, bergabung, meledak, memperluas ruang semesta menjadi tak terhingga.

Apakah semesta hanya terdiri dari bintang? Tidak, debu-debu bintang yang saling berfusi itu juga menjelma menjadi berbagai entitas lain. Maka terciptalah planet, terciptalah air, terciptalah oksigen, terciptalah batu, besi, bakteri, atom, pohon, gajah, lubang hitam, gunung, pelangi, dinosaurus, komet, rerumputan, dan ikan-ikan. Maka terciptalah sepasang Homo Sapiens yang konon bernama Adam dan Hawa. Maka terciptalah ibumu, maka terciptalah aku, maka terciptalah kamu.

Kau, Kirana Lintang Utara, manusia mungil yang baru saja bergabung dalam sebuah drama kolosal bernama kehidupan. Sebuah drama yang lakon utamanya adalah manusia, makhluk paripurna hasil jutaan tahun proses evolusi di planet Bumi. Satu-satunya makhluk yang mampu menamai dan memaknai segala sesuatu. Selama menjalankan peranmu dalam petualangan menamai dan memaknai ini, ingatlah sebuah pesan yang tertulis dalam berbagai kitab suci: berbuat baiklah pada kerabatmu.

Sederhana, namun kau harus ingat sesuatu. Kau tidak hanya berkerabat dengan keluargamu, tetanggamu, atau saudara sebangsamu. Kau tidak hanya berkerabat dengan sesama manusia. Kau berkerabat dengan udara, pohon mangga, kera, dan andromeda. Kau berkerabat dengan sungai, tanah, hujan, dan bunga teratai. Kau berkerabat dengan planet Mars, lava, gula, dan garam. Kau berkerabat dengan apa pun yang berada di seluruh semesta. Bahkan kau berkerabat dengan Polaris, sebuah bintang yang berada di langit utara, yang menjadi inspirasi bagi namamu. Karena kau, aku, dan mereka semua terbuat dari materi yang sama.

Kita adalah debu-debu bintang, debu-debu angkasa yang melayang-layang dan menari bersama.

No comments:

Post a Comment