Beberapa hari yang lalu saya dan dua orang teman melakukan perjalanan impulsif ke Pantai Pandansari, satu-satunya pantai di Bantul yang memiliki mercusuar. Setelah berhasil melewati sederetan gejala fobia ketinggian yang muncul lagi setelah sekian lama saya tidak melakukan penelusuran goa vertikal, akhirnya saya berhasil menyusul kedua teman saya itu ke puncak mercusuar.
Puncaknya menyerupai balkon yang melingkar. Pembatas yang menjaga kami dari sesuatu yang tidak diinginkan hanyalah pagar setinggi pundak yang hanya memiliki satu baris besi di tengahnya. Pemandangan dari atas luar biasa. Tebing Parangndog dan Pantai Parangtritis di ujung timur, garis pantai tanpa ujung di timur, lautan luas dengan ombak yang besar di selatan, serta rimbun pepohonan dan siluet Merapi di utara. Kami baru turun setelah langit mulai gelap.
Sesampainya di bawah, kedua teman saya itu menumpang sholat Ashar yang sudah kelewat telat di rumah salah satu penjaga mercusuar yang sedang menyapu halaman. Sambil menunggu mereka, saya ngobrol sedikit dengan bapak penjaga tersebut sambil leyeh-leyeh di bawah pohon cemara yang teduh. Belakangan saya tahu si bapak bernama Pak Cipto.
Boleh minta ceritain sedikit tentang mercusuar ini, Pak?
Boleh, Mas. Jadi begini, meskipun berada di pantai Pandansari, sebetulnya mercusuar ini nama resminya adalah Mercusuar Samas, karena dulu rencananya memang akan dibangun di Pantai Samas. Tapi karena di sana ada lokasi pelacuran dan ditakutkan malah memberikan dampak yang tidak baik pada keberlangsungan mercusuar ini, akhirnya dibangun di sini.
Ini mercusuar ada dari zaman Belanda ya, Pak?
Enggak, Mas. Ini baru dibangun pemerintah tahun 1998.
Wah sok tahu saya. Hehe. Sudah berapa lama kerja di sini, Pak?
Lumayan lama, Mas. Saya dari tahun 2006 di sini. Sebelumnya ditempatkan di Cilacap.
Kalo tugas Bapak di sini ngapain aja, Pak?
Saya kebagian jadi penjaga mercusuar, Mas. Ya gini-gini aja, nyapu halaman, ngebakarin daun, ngunci pintu mercusuar, dan lain-lain. Di sini total ada lima petugas. Ada kepala kantor, ada penjaga mercusuar, juga ada teknisi. Teknisi tu tugasnya merawat dan memperbaiki kalo ada kerusakan di lampu mercusuar.
Betah kerja di sini, Pak?
Betah gak betah sih, Mas. Saya gak betahnya itu kalo inget anak istri di Semarang. Tapi ya mau gimana lagi, saya kerja untuk mereka juga.
Kenapa keluarganya gak dibawa ke sini aja Pak?
Tadinya sih mau begitu, Mas. Tapi anak saya masih sekolah, dan di sini gak ada sekolah Mas. Ada sih, tapi jauh banget.
Ohh gitu... Oh iya, pernah ada cerita seru apa di sini, Pak?
Yang seru gima maksudnya?
Ya yang seru, yang aneh-aneh gitu, Pak.
Ah, nanti Mas-nya takut lagi.
Biarin, Pak. Udah mau pulang ini hehehe.
Hehe. Jadi dulu tu pernah ada anak indigo masuk ke mercusuar, terus dia bilang sama saya, "Om, saya lihat ada kaki perempuan jalan-jalan di dalem, tapi gak ada badannya." Saya tanya, "kok tahu kalo itu kaki perempuan?" Dia jawab, "soalnya pake sepatu perempuan, Om." Tapi kalo saya malah belum pernah lihat selama di sini.
"Dia" takut kali sama Bapak. Hehe.
Ya mungkin ya. Haha. Saya malah pernah lihat yang aneh-aneh di laut, Mas. Jadi saya ceritanya malem-malem lagi bosen, terus jalan-jalan sendirian di pantai. Eh saya lihat ada lingkaran di laut, mirip kelapa gitu tapi bercahaya. Waktu saya senterin benda itu kabur, hilang ke tengah laut. Saya juga gak tahu itu makhluk apa. Tapi kan Gusti Allah tu selain menciptakan manusia juga menciptakan jin dan makhluk halus lainnya to, Mas?
Katanya sih gitu, Pak. Saya juga gak tahu. Eh, itu teman saya sudah selesai sholat, Pak. Kami pamit dulu ya.
Iya, Mas. Terima kasih sudah ke sini. Nanti saya add Facebook Mas. Di sini hiburannya sedikit, Mas, makanya saya sukanya ya itu, internet-an, Facebook-an. Lumayan Mas, nambah temen, nambah sodara.
Lalu kami pun meninggalkan pantai, memperhatikan mercusuar dari kejauhan. Cahayanya yang terang berkedip-kedip dapat terlihat dari laut sampai jarak 20 mil. Memberi petunjuk arah kepada nelayan dan peringatan kepada kapal-kapal besar untuk tidak terlalu dekat dengan daratan. Berkedip-kedip. Terus berkedip-kedip.
Puncaknya menyerupai balkon yang melingkar. Pembatas yang menjaga kami dari sesuatu yang tidak diinginkan hanyalah pagar setinggi pundak yang hanya memiliki satu baris besi di tengahnya. Pemandangan dari atas luar biasa. Tebing Parangndog dan Pantai Parangtritis di ujung timur, garis pantai tanpa ujung di timur, lautan luas dengan ombak yang besar di selatan, serta rimbun pepohonan dan siluet Merapi di utara. Kami baru turun setelah langit mulai gelap.
Sesampainya di bawah, kedua teman saya itu menumpang sholat Ashar yang sudah kelewat telat di rumah salah satu penjaga mercusuar yang sedang menyapu halaman. Sambil menunggu mereka, saya ngobrol sedikit dengan bapak penjaga tersebut sambil leyeh-leyeh di bawah pohon cemara yang teduh. Belakangan saya tahu si bapak bernama Pak Cipto.
Boleh minta ceritain sedikit tentang mercusuar ini, Pak?
Boleh, Mas. Jadi begini, meskipun berada di pantai Pandansari, sebetulnya mercusuar ini nama resminya adalah Mercusuar Samas, karena dulu rencananya memang akan dibangun di Pantai Samas. Tapi karena di sana ada lokasi pelacuran dan ditakutkan malah memberikan dampak yang tidak baik pada keberlangsungan mercusuar ini, akhirnya dibangun di sini.
Ini mercusuar ada dari zaman Belanda ya, Pak?
Enggak, Mas. Ini baru dibangun pemerintah tahun 1998.
Wah sok tahu saya. Hehe. Sudah berapa lama kerja di sini, Pak?
Lumayan lama, Mas. Saya dari tahun 2006 di sini. Sebelumnya ditempatkan di Cilacap.
Kalo tugas Bapak di sini ngapain aja, Pak?
Saya kebagian jadi penjaga mercusuar, Mas. Ya gini-gini aja, nyapu halaman, ngebakarin daun, ngunci pintu mercusuar, dan lain-lain. Di sini total ada lima petugas. Ada kepala kantor, ada penjaga mercusuar, juga ada teknisi. Teknisi tu tugasnya merawat dan memperbaiki kalo ada kerusakan di lampu mercusuar.
Betah kerja di sini, Pak?
Betah gak betah sih, Mas. Saya gak betahnya itu kalo inget anak istri di Semarang. Tapi ya mau gimana lagi, saya kerja untuk mereka juga.
Kenapa keluarganya gak dibawa ke sini aja Pak?
Tadinya sih mau begitu, Mas. Tapi anak saya masih sekolah, dan di sini gak ada sekolah Mas. Ada sih, tapi jauh banget.
Ohh gitu... Oh iya, pernah ada cerita seru apa di sini, Pak?
Yang seru gima maksudnya?
Ya yang seru, yang aneh-aneh gitu, Pak.
Ah, nanti Mas-nya takut lagi.
Biarin, Pak. Udah mau pulang ini hehehe.
Hehe. Jadi dulu tu pernah ada anak indigo masuk ke mercusuar, terus dia bilang sama saya, "Om, saya lihat ada kaki perempuan jalan-jalan di dalem, tapi gak ada badannya." Saya tanya, "kok tahu kalo itu kaki perempuan?" Dia jawab, "soalnya pake sepatu perempuan, Om." Tapi kalo saya malah belum pernah lihat selama di sini.
"Dia" takut kali sama Bapak. Hehe.
Ya mungkin ya. Haha. Saya malah pernah lihat yang aneh-aneh di laut, Mas. Jadi saya ceritanya malem-malem lagi bosen, terus jalan-jalan sendirian di pantai. Eh saya lihat ada lingkaran di laut, mirip kelapa gitu tapi bercahaya. Waktu saya senterin benda itu kabur, hilang ke tengah laut. Saya juga gak tahu itu makhluk apa. Tapi kan Gusti Allah tu selain menciptakan manusia juga menciptakan jin dan makhluk halus lainnya to, Mas?
Katanya sih gitu, Pak. Saya juga gak tahu. Eh, itu teman saya sudah selesai sholat, Pak. Kami pamit dulu ya.
Iya, Mas. Terima kasih sudah ke sini. Nanti saya add Facebook Mas. Di sini hiburannya sedikit, Mas, makanya saya sukanya ya itu, internet-an, Facebook-an. Lumayan Mas, nambah temen, nambah sodara.
Lalu kami pun meninggalkan pantai, memperhatikan mercusuar dari kejauhan. Cahayanya yang terang berkedip-kedip dapat terlihat dari laut sampai jarak 20 mil. Memberi petunjuk arah kepada nelayan dan peringatan kepada kapal-kapal besar untuk tidak terlalu dekat dengan daratan. Berkedip-kedip. Terus berkedip-kedip.
No comments:
Post a Comment