"i've got the best thing in the world
coz i got you in my heart.."
Entahlah, tiba-tiba saja lagu itu berputar terus dalam kepala saya sepanjang perjalanan menyusuri Selokan Mataram. Kemudian kami sampai di sebuah warung (atau kafe? atau kedai? apalah itu namanya) yang menjual susu murni dengan berbagai varian rasa. Sebuah tempat yang sebenarnya kami sesali untuk mendatanginya karena belakangan kami baru sadar bahwa itu adalah semacam tempat --emm, maaf-- gaul.
Maka di tengah-tengah para manusia yang sebagian besar sibuk menunduk menekan-nekan benda plastik milik mereka dan suara lagu-lagu populer yang diputar dengan volume kelewat besar oleh operator dari balik meja kasir, kami duduk sambil menyeruput susu dingin rasa nangka dan teh hijau yang kami pesan sambil sesekali mengomentari orang-orang sekitar kami, dari mulai sekelompok anak remaja yang duduk di pojokan yang tampak seperti gabungan antara pesulap, anak band, dan Justin Bieber dengan pakaian serba hitam mereka yang ganjil sampai stasiun televisi yang belakangan gemar membayar pelawak-pelawak tidak lucu (mungkin mereka bukan pelawak, tapi dengan tendensi untuk menjadi lucu dan menghibur yang mereka bawa, toh predikat "pelawak tidak lucu" pas juga untuk dilekatkan pada mereka) untuk mendakwahkan pesan-pesan keagamaan.
Iya saya tahu saya seharusnya memang tidak perlu mengomentari remaja, apalagi penampilannya, karena remaja memang seharusnya seperti itu, dan toh dulu juga mungkin saya sama anomalinya seperti mereka. Dan iya televisi memang sudah brengsek dari sananya, dan membicarakan lagi kebrengsekannya sebenarnya adalah hal yang sia-sia. Tapi membicarakan hal yang tidak perlu dibicarakan dan sia-sia sebenarnya perlu juga dalam saat-saat tertentu. Bukankah manusia adalah yang makhluk yang senang ngrasani? Senang berkomentar? Jadi ya perlu juga, kebutuhan psikologis kok.
"i've got the best thing in the world
coz i got you in my heart.."
Tiba-tiba lagu itu terdengar dari speaker yang volumenya perasaan makin besar saja. Wah Tuhan sedang bercanda, pikir saya dalam hati sambil saya senyum-senyum sendiri yang juga dalam hati. Ini mungkin pertanda. Lalu saya mulai saja percakapan itu.
"Jadi gimana menurut kamu?"
"Tentang apa?"
"Tentang kita.."
Dan sederet dialog lanjutan yang berakhir beberapa saat setelah lagu itu berakhir. Kami pun bersalaman, memulai sesuatu yang harus saya akui memang telah membuat saya harus menelan kembali apa yang selama ini telah saya muntahkan, tentang relasi, tentang hubungan antar manusia, tentang perasaan, dan hal-hal semacamnya.
Cinta adalah perangkap, dan malam ini saya telah melepaskan segala bentuk pertahanan diri untuk membiarkan diri saya terperangkap begitu saja.
penasaran Biii..saha sih?:D
ReplyDeleteihiiiy.. congrats you guys! terperangkap kalo berdua mah asik-asik aja. #eh
ReplyDeleteasek :)
ReplyDeletetemen kamu juga kok, Ham hehehe :p
ReplyDeleteehm..akhinya saya punya keberanian buka blog-mu mas..hehe
ReplyDeletefact or fiction??=)
eh? waahh.. pantes kamu jadi tambah ganteng mas! haha..
ReplyDeleteBi!sekarang saya sudah tahu!hahahahahaha
ReplyDeletethe best thingnya mocca.. itu juga salah satu soundtracknya dunia pagi..
ReplyDeleteah, lama sekali ya saya tidak mampir ke sini