Meskipun cerita-cerita fiksi yang saya tulis biasanya berbicara tentang tragedi dan kematian, dan meskipun nickname saya ada kata "mati"-nya, tapi sungguh saya sangat takut dengan kematian, saya takut mati. Entahlah, mungkin bukan matinya yang saya takutkan, tapi cara bagaimana saya akan mati yang selalu menghantui saya.
Kemarin saya menjenguk seorang teman yang habis melakukan operasi usus buntu di rumah sakit. Dia terbaring lemah di tempat tidur, tidak boleh bergerak terlalu banyak, selain karena itu akan memperlama penyembuhannya, juga karena tubuhnya terasa lemas sehingga untuk menggerak-gerakkan tangan saja sepertinya sulit sekali. Sebuah tabung berisi cairan yang selalu ada di rumah sakit tergantung di sampingnya dan terhubung ke tangannya melalui jarum infus. Dibawah tempat tidurnya tergantung sebuah tabung lain yang berisi urinenya yang terhubung dengan dirinya melalui selang kecil.
Terbaring di rumah sakit, opname, salah satu hal yang saya berharap tidak akan pernah saya alami. Saya seumur-umur belum pernah dirawat di rumah sakit, dan tidak akan pernah mau. Saya takut jarum suntik, dan membayangkannya menempel terus menerus di pergelangan tangan saya selalu membuat saya bergidik. Maka jika saya boleh memilih, saya tidak mau mati dalam keadaan terbaring begitu lama di rumah sakit dengan jarum-jarum yang menancap pada badan saya. Demi internet, membayangkannya saat ini sungguh membuat ngilu! Ouch! Berarti konsekuensinya adalah saya harus mulai menjalankan pola hidup sehat mulai sekarang. Dan berhubung belakangan ini dada saya sering terasa sakit dan panas, saya juga sepertinya harus segera berhenti merokok. Semoga tidak hanya berakhir sebagai wacana.
Sekali lagi, jika saya boleh memilih, saya akan memilih cara mati yang efisien dan efektif, mati yang begitu cepat sehingga saya tidak akan merasakan sakit. Seperti misalnya mati saat tidur, ketika bangun saya sudah berada di tempat lain (entahlah, akhirat mungkin, jika memang benar ada) misalnya, nah itu cukup menyenangkan untuk dibayangkan. Salah satu cara mati yang paling saya takutkan adalah mati tenggelam. Coba bayangkan kamu meronta-ronta dalam air karena tidak bisa bernafas, tapi kamu masih sadar dan menyadari kamu akan mati, dan waktu tiba-tiba menjadi sangat lambat. Kamu benar-benar merasakan penderitaan dengan segenap kesadaran ketika tubuhmu semakin lemah tanpa asupan oksigen, semakin lemah, semakin lemah, semakin sakit. Ah sial, mengerikan sekali!
Dan sebenarnya bukan hanya kematian saya sendiri yang sering menghantui saya, tapi juga kematian orang-orang sekitar saya. Menurut saya kehilangan karena kematian adalah kehilangan yang paling substansial, ketika orang terdekatmu pergi dalam arti sebenarnya, benar-benar pergi, bukan sekedar pergi untuk waktu yang lama tapi suatu hari pasti akan kembali. Belakangan ini saya sering bermimpi tentang kematian orang-orang sekitar saya, dan tentu saja itu semua berakhir sebagai mimpi buruk.
Ada satu hal menarik yang saya amati ketika ada orang yang mati. Ketika seseorang mati, segala perbuatan dan ucapannya beberapa waktu sebelum kematiaannya selalu disangkutkan dengan kematiaannya itu, orang-orang biasanya menyebutnya sebagai "pertanda". Dan jika saya dalam beberapa hari ke depan kebetulan mati, saya yakin tulisan ini akan disebut sebagai "pertanda", padahal saya sama sekali tidak memiliki firasat akan mati dekat-dekat ini. Ah biasalah, namanya juga manusia, selalu berusaha mencari makna, dan jika mereka tidak menemukannya, mereka akan membuatnya sendiri dan menyematkannya kepada segala hal yang mereka lihat.
Kematian memang selalu terlihat menakutkan.
ReplyDeleteDan yang saya lakukan sekarang bagaimana caranya agar kematian itu terlihat menyenangkan :)
I highly recommend "Harold and Maude" for you, then. :)
ReplyDeletemasuk list!
ReplyDeletesama... aku, er mungkin semua orang, pinginnya mati dengan cara yang paling tidak menyakitkan...
ReplyDeletekalau aku nambah satu keinginan lagi,, mati yang tidak menyusahkan orang lain...
kalo aku ingin moksha..
ReplyDeleteah, saya pernah mimpi mati tenggelam, lebih sedihnya bareng ibu dan adek saya, mengerikan, dan masih terbayang jelas sampe sekarang.
ReplyDelete