Manusia adalah makhluk kontradiktif, seisi jagad raya tahu itu. Tapi saya terkejut ketika menemukan ke-kontradiktif-an yang sangat fatal saya temui pada salah seorang dosen, seorang profesor sosial yang saya hormati.
Ceritanya beberapa hari yang lalu kami para mahasiswa mata kuliah yang beliau ampu melakukan kuliah lapangan di sebuah desa penghasil pelacur di utara Jawa. Disana kami mewawancari pelacur, mantan pelacur, serta suami pelacur. Mereka semua dibayar untuk mau meluangkan waktu beberapa jam untuk kami wawancarai.
Singkat cerita, beberapa kali dosen saya itu berkata dengan bangganya:
"Kalo pelacur dibooking itu kan dosa. Nah kalo kita membayar mereka untuk kita wawancarai, itu kan berarti mereka ga jadi dosa, mereka malah dapat pahala, karena berbagi ilmu itu ibadah" --yah intinya seperti itu lah--
Kemudian beberapa hari yang lalu beliau kembali mengucapkan kalimat yang sama di kelas, sebelum beliau mengucapkan kalimat kontradiktif ini untuk sebuah masalah yang lain:
"Kalian para mahasiswa jangan jadi tuhan-tuhan kecil. Jangan seenaknya bilang ini dosa atau itu dosa. Dosa dan pahala itu cuma Tuhan yang tahu.."
Hmm sepertinya si pak dosen lupa dengan kata-katanya sebelumnya.
Maaf Pak, saya cari DPS lain saja..
hehe..beliau emang kata-katanya sering bertolak belakang..
ReplyDeletekadang bilang seperti ini dalam konteks laen bilangnya sudah berbeda..
iya, serem ya..
ReplyDeletetapi ternyata banyak orang "serem" seperti itu di dunia ini. konsisten memang mahal
ReplyDelete