Beberapa waktu yang lalu, kelas Modifikasi Perilaku yang saya ambil kedatangan tamu. Seorang pakar dan praktisi SEFT (Self Emotional Freedom Therapy). Teknik self-healing yang baru dikembangkan di Indonesia. Sebenarnya tidak baru, karena ia adalah gabungan dari tiga belas teknik self-healing yang sudah lebih dulu populer dan ditambah kata "spiritual" di depannya.
Inti terapinya adalah dengan menekan titik-titik tertentu di tubuh manusia yang biasa digunakan untuk akupunktur sambil mengucapkan kalimat-kalimat afirmatif dan syukur. Yah, sama sekali bukan hal baru. Sang pakar memberikan terapi kepada teman saya yang sedang cemas dengan kematian karena belakangan ini orang-orang disekitarnya banyak yang meninggal karena penyakit. Setelah diterapi teman saya ditanya "bagaimana perasaan anda sekarang?", "Lebih tenang.." jawabnya. Lagi-lagi bukan hal baru..
Di pertemuan berikutnya dosen saya bertanya apa pendapat kami tentang teknik ini. Kebetulan saya yang ditanya, maka saya jawab "Saya tidak tertarik dengan teknik-teknik self-healing semacam itu. Saya skeptis. Kalo ada diantara teman-teman yang menganggap itu berguna, itu bagus, tapi untuk saya sih itu biasa saja..", dalam kata lain saya ingin berkata "Saya muak dengan teknik-teknik self-healing dan buku-buku self-motivation!"
Jadi begini, jika dosen saya menganggap saya skeptis karena teknik-teknik itu tidak pernah berhasil untuk saya, dia salah. Saya sudah pernah mengalami hal-hal aneh nan menggembirakan karena buku-buku motivasi, sebutlah The Secret dan Quantum Ikhlas. Saya muak dengan hal-hal itu walaupun mereka pernah memberikan efek yang luar biasa untuk saya.
Mari kembali ke beberapa tahun yang lalu, ketika teknik-teknik dan buku-buku semacam itu belum mewabah seperti sekarang. Saya ingat ketika orang sedang senang-senangnya membicarakan ESQ, sebuah hal baru di Indonesia --saat itu--. Ketika itu ayah saya didukung oleh kakak saya yang telah lebih dulu mengikuti training-nya menyuruh saya mengikuti training ESQ, yang selalu saya tolak dengan alasan sederhana: saya tidak suka dijejali hal-hal berbau spiritual dan motivasi atau entah apapun itu secara bertubi-tubi.
Kemudian datang The Secret-nya Ronda Bhyrne. Yang ini sepertinya memberi efek yang dahsyat untuk para motivator-motivator baru, dan tentu saja pengusaha-pengusaha baru. Ditandai dengan membludaknya judul-judul buku baru pada rak "Psikologi dan Pengembangan Diri" di toko buku manapun. Menurut saya itulah titik dimana psikologi menjadi ilmu yang populer, ilmu yang laris dijual, ilmu yang kacangan sehingga kamu tidak perlu kuliah 144 SKS untuk bisa menulis buku tentangnya. Dan para selebritis di layar televisi seolah mengamininya, dari mulai Romy Rafael sampai Uya Kuya.
Maksud saya adalah, saya setuju dengan usaha-usaha untuk memotivasi orang yang sedang membutuhkannya. Tapi membuat orang termotivasi dan memaksa orang untuk termotivasi adalah dua hal yang berbeda. Dan itulah yang terjadi sekarang ini, bagaimana orang berusaha keras untuk menjadi generasi yang ber-positive thinking, positive feeling, atau apalah itu. Kalimat-kalimat milik para tokoh dunia yang seharusnya bisa benar-benar memberi motivasi dan pencerahan menjadi menyebalkan ketika ditulis di status Facebook atau di-retweet berjamaah secara serampangan. Ya, ternyata ada yang baru disini, budaya quotes.
Thursday, March 31, 2011
curhat#4
selama ini saya dikelilingi oleh orang-orang yang begitu berharga, dan sialnya adalah betapa saya baru sadar akan hal ini semalam..
Wednesday, March 16, 2011
kontradiktif paradoktif
Manusia adalah makhluk kontradiktif, seisi jagad raya tahu itu. Tapi saya terkejut ketika menemukan ke-kontradiktif-an yang sangat fatal saya temui pada salah seorang dosen, seorang profesor sosial yang saya hormati.
Ceritanya beberapa hari yang lalu kami para mahasiswa mata kuliah yang beliau ampu melakukan kuliah lapangan di sebuah desa penghasil pelacur di utara Jawa. Disana kami mewawancari pelacur, mantan pelacur, serta suami pelacur. Mereka semua dibayar untuk mau meluangkan waktu beberapa jam untuk kami wawancarai.
Singkat cerita, beberapa kali dosen saya itu berkata dengan bangganya:
"Kalo pelacur dibooking itu kan dosa. Nah kalo kita membayar mereka untuk kita wawancarai, itu kan berarti mereka ga jadi dosa, mereka malah dapat pahala, karena berbagi ilmu itu ibadah" --yah intinya seperti itu lah--
Kemudian beberapa hari yang lalu beliau kembali mengucapkan kalimat yang sama di kelas, sebelum beliau mengucapkan kalimat kontradiktif ini untuk sebuah masalah yang lain:
"Kalian para mahasiswa jangan jadi tuhan-tuhan kecil. Jangan seenaknya bilang ini dosa atau itu dosa. Dosa dan pahala itu cuma Tuhan yang tahu.."
Hmm sepertinya si pak dosen lupa dengan kata-katanya sebelumnya.
Maaf Pak, saya cari DPS lain saja..
Ceritanya beberapa hari yang lalu kami para mahasiswa mata kuliah yang beliau ampu melakukan kuliah lapangan di sebuah desa penghasil pelacur di utara Jawa. Disana kami mewawancari pelacur, mantan pelacur, serta suami pelacur. Mereka semua dibayar untuk mau meluangkan waktu beberapa jam untuk kami wawancarai.
Singkat cerita, beberapa kali dosen saya itu berkata dengan bangganya:
"Kalo pelacur dibooking itu kan dosa. Nah kalo kita membayar mereka untuk kita wawancarai, itu kan berarti mereka ga jadi dosa, mereka malah dapat pahala, karena berbagi ilmu itu ibadah" --yah intinya seperti itu lah--
Kemudian beberapa hari yang lalu beliau kembali mengucapkan kalimat yang sama di kelas, sebelum beliau mengucapkan kalimat kontradiktif ini untuk sebuah masalah yang lain:
"Kalian para mahasiswa jangan jadi tuhan-tuhan kecil. Jangan seenaknya bilang ini dosa atau itu dosa. Dosa dan pahala itu cuma Tuhan yang tahu.."
Hmm sepertinya si pak dosen lupa dengan kata-katanya sebelumnya.
Maaf Pak, saya cari DPS lain saja..
Monday, March 14, 2011
alegori
Hari itu hujan. Aku berteduh dibawah atap warung rokok. Dan kamu berdiri sambil memegang payung di seberang jalan; menunggu bus.
"Apa kabar?" katamu lewat tatapan.
"Baik." jawabku, juga lewat tatapan.
"Apa yang terjadi? Matamu terlihat aneh."
"Seperti biasa, terlalu sibuk mendefinisikan segala sesuatu, sehingga tidak pernah bisa menikmati apapun yang kucoba definisikan."
"Pantas, tatapan matamu terasa lebih suram dibanding cerpen-cerpen Edgar Allan Poe."
"Hehe, tetesan koloni air ini pasti membuatnya makin gelap."
"Tolong buatkan aku puisi.." pintamu
"Puisi?"
"Iya.."
"Di dalam matamu terdapat labirin super-rumit dengan sebongkah keju diujungnya,
dan aku adalah tikus yang kebingungan di titik start." jawabku refleks.
Hening beberapa saat.
Lalu kamu tersenyum sambil memejamkan mata, kemudian masuk ke dalam bus; pergi.
Sial, sekarang aku benar-benar tersesat..
"Apa kabar?" katamu lewat tatapan.
"Baik." jawabku, juga lewat tatapan.
"Apa yang terjadi? Matamu terlihat aneh."
"Seperti biasa, terlalu sibuk mendefinisikan segala sesuatu, sehingga tidak pernah bisa menikmati apapun yang kucoba definisikan."
"Pantas, tatapan matamu terasa lebih suram dibanding cerpen-cerpen Edgar Allan Poe."
"Hehe, tetesan koloni air ini pasti membuatnya makin gelap."
"Tolong buatkan aku puisi.." pintamu
"Puisi?"
"Iya.."
"Di dalam matamu terdapat labirin super-rumit dengan sebongkah keju diujungnya,
dan aku adalah tikus yang kebingungan di titik start." jawabku refleks.
Hening beberapa saat.
Lalu kamu tersenyum sambil memejamkan mata, kemudian masuk ke dalam bus; pergi.
Sial, sekarang aku benar-benar tersesat..
Thursday, March 10, 2011
birth-die
Ulang tahun, salah satu produk peradaban manusia yang paling sering dirayakan. Kemarin saya ulang tahun, dan seperti yang sudah-sudah, saya tidak merayakannya dengan cara yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang. Saya merayakannya dengan jalan-jalan sendirian di pusat kota Jogja sebelum akhirnya mendamparkan diri di Pasar Klithikan dan membelikan diri saya sendiri kado, "The Kodak Library of Creative Photography". Buku bekas, terbitan tahun 1983, murah, dan isinya keren!
Bicara soal ulang tahun, saya merasa kemajuan teknologi telah mereduksi banyak sekali romantisme dalam ulang tahun. Dalam hal ini Facebook. Facebook telah "memaksa" orang-orang untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada daftar mereka yang berulang tahun di kanan atas.
Kemarin saya mendapat ucapan selamat dari sekitar 80 orang di Facebook, dan saya yakin hampir semua dari mereka mengucapkan selamat karena tahu dari Facebook, bukan karena mereka ingat kapan ulang tahun saya. Bandingkan dengan dulu, ketika situs jejaring sosial belum ada, ketika internet belum sepopuler sekarang, SMS ucapan selamat yang masuk ke HP saya paling hanya 15, tapi itu semua terasa begitu berharga, karena 15 ucapan itu datang dari teman-teman dekat saya yang tidak perlu situs jejaring sosial untuk mengingatkan mereka kapan ulang tahun saya.
Itulah sebabnya kenapa saya amat jarang memberi ucapan selamat ulang tahun kepada seseorang lewat Facebook, karena sesungguhnya saya tidak pernah ingat kapan ulang tahun mereka. Dan sialnya dengan begitu mudahnya mengakses data-data personal seseorang lewat Facebook termasuk tanggal kelahiran membuat saya menjadi tidak pernah lagi mengingat tanggal lahir seseorang.
Terlepas dari itu semua, toh saya tetap senang dengan semua hal yang saya dapatkan kemarin dan bersyukur betapa alam semesta telah memberkati saya sampai hari ini. Sekarang umur saya 22, sebuah angka kembar, seperti gedung kembar. Semoga suatu hari saya tidak rubuh dengan mengenaskan seperti kedua gedung itu. Amin.
Bicara soal ulang tahun, saya merasa kemajuan teknologi telah mereduksi banyak sekali romantisme dalam ulang tahun. Dalam hal ini Facebook. Facebook telah "memaksa" orang-orang untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada daftar mereka yang berulang tahun di kanan atas.
Kemarin saya mendapat ucapan selamat dari sekitar 80 orang di Facebook, dan saya yakin hampir semua dari mereka mengucapkan selamat karena tahu dari Facebook, bukan karena mereka ingat kapan ulang tahun saya. Bandingkan dengan dulu, ketika situs jejaring sosial belum ada, ketika internet belum sepopuler sekarang, SMS ucapan selamat yang masuk ke HP saya paling hanya 15, tapi itu semua terasa begitu berharga, karena 15 ucapan itu datang dari teman-teman dekat saya yang tidak perlu situs jejaring sosial untuk mengingatkan mereka kapan ulang tahun saya.
Itulah sebabnya kenapa saya amat jarang memberi ucapan selamat ulang tahun kepada seseorang lewat Facebook, karena sesungguhnya saya tidak pernah ingat kapan ulang tahun mereka. Dan sialnya dengan begitu mudahnya mengakses data-data personal seseorang lewat Facebook termasuk tanggal kelahiran membuat saya menjadi tidak pernah lagi mengingat tanggal lahir seseorang.
Terlepas dari itu semua, toh saya tetap senang dengan semua hal yang saya dapatkan kemarin dan bersyukur betapa alam semesta telah memberkati saya sampai hari ini. Sekarang umur saya 22, sebuah angka kembar, seperti gedung kembar. Semoga suatu hari saya tidak rubuh dengan mengenaskan seperti kedua gedung itu. Amin.
Tuesday, March 8, 2011
curhat#3
tahu terlalu banyak itu mengerikan.
ternyata benar, di satu sisi pengetahuan adalah kutukan.
ternyata benar, di satu sisi pengetahuan adalah kutukan.
Subscribe to:
Posts (Atom)