Dalam serial TV Breaking Bad, Walter White adalah seorang guru kimia yang divonis kanker. Demi memenuhi pundi-pundi ekonomi keluarga dengan sisa hidupnya yang menurut dokter akan habis dalam hitungan bulan, dia memutuskan untuk membuat meth (methamphetamine/sabu-sabu). Di fase awal petualangannya membuat meth bersama partnernya, Jesse Pinkman, Walter White mendasari perbuatannya dengan motif ekonomi: dia membutuhkan uang, dan dia melakukan semua itu untuk keluarganya.
Seiring berjalannya waktu, bisnis meth yang dibangunnya semakin besar, jangkauan konsumennya semakin luas, dan tentu saja: uangnya semakin banyak, bahkan sudah lebih dari yang dia butuhkan. Di saat yang sama, dokter menyatakan kankernya sembuh, dia tidak jadi mati dalam waktu dekat. Jika betul motifnya sesederhana ekonomi, pastilah ia segera berhenti bikin narkoba. Toh, uangnya menumpuk, dan ia tidak akan mati dalam waktu dekat. Tapi, ia terus melanjutkan karirnya sebagai drug lord.
Berkali-kali, Skyler, istrinya, menggugat perbuatan kotornya itu. Dan berkali-kali pula, Walter menjawab dengan tegas bahwa ia melakukan itu semua untuk keluarganya. Jawaban yang meski tetap membuat Skyler gerah, setidaknya bisa meredakan sedikit emosinya.
Hingga suatu hari, laku bisnis Walter yang penuh ranjau itu runtuh. Rumah tangga mereka hancur, rumah mereka disita negara, adik ipar mereka mati, dan Walter menjadi buronan nomor satu. Setelah menjadi pelarian selama satu tahun, Walter memutuskan untuk kembali ke Albuquerque, kota di mana keluarganya tinggal. Dengan mengendap dari pantauan polisi, ia berhasil menemui istrinya, yang hanya memberinya waktu lima menit untuk bicara.
"Skyler, maaf untuk semua yang telah terjadi. Aku ingin kau tahu, semua ini aku lakukan untuk..."
"Walter, tolong hentikan omong kosongmu. Jangan bilang kau melakukan semua ini untuk keluargamu!"
"Tidak. Aku tidak melakukan semua ini untuk kalian. Aku ingin kau tahu, aku melakukan semua ini untuk diriku sendiri. Aku menikmatinya. Aku merasa hidup."
***
Dalam banyak hal, saya kira kita seperti Walter White. Hal-hal yang kita lakukan, yang kita katakan kita lakukan untuk keluarga, untuk orang lain, untuk kelompok, untuk perusahaan, untuk kebaikan, untuk agama, untuk negara, untuk apa pun selain diri kita, sesungguhnya kita lakukan untuk diri kita sendiri. Kita hanya tidak tahu, atau tidak mau mengakuinya.
Seiring berjalannya waktu, bisnis meth yang dibangunnya semakin besar, jangkauan konsumennya semakin luas, dan tentu saja: uangnya semakin banyak, bahkan sudah lebih dari yang dia butuhkan. Di saat yang sama, dokter menyatakan kankernya sembuh, dia tidak jadi mati dalam waktu dekat. Jika betul motifnya sesederhana ekonomi, pastilah ia segera berhenti bikin narkoba. Toh, uangnya menumpuk, dan ia tidak akan mati dalam waktu dekat. Tapi, ia terus melanjutkan karirnya sebagai drug lord.
Berkali-kali, Skyler, istrinya, menggugat perbuatan kotornya itu. Dan berkali-kali pula, Walter menjawab dengan tegas bahwa ia melakukan itu semua untuk keluarganya. Jawaban yang meski tetap membuat Skyler gerah, setidaknya bisa meredakan sedikit emosinya.
Hingga suatu hari, laku bisnis Walter yang penuh ranjau itu runtuh. Rumah tangga mereka hancur, rumah mereka disita negara, adik ipar mereka mati, dan Walter menjadi buronan nomor satu. Setelah menjadi pelarian selama satu tahun, Walter memutuskan untuk kembali ke Albuquerque, kota di mana keluarganya tinggal. Dengan mengendap dari pantauan polisi, ia berhasil menemui istrinya, yang hanya memberinya waktu lima menit untuk bicara.
"Skyler, maaf untuk semua yang telah terjadi. Aku ingin kau tahu, semua ini aku lakukan untuk..."
"Walter, tolong hentikan omong kosongmu. Jangan bilang kau melakukan semua ini untuk keluargamu!"
"Tidak. Aku tidak melakukan semua ini untuk kalian. Aku ingin kau tahu, aku melakukan semua ini untuk diriku sendiri. Aku menikmatinya. Aku merasa hidup."
***
Dalam banyak hal, saya kira kita seperti Walter White. Hal-hal yang kita lakukan, yang kita katakan kita lakukan untuk keluarga, untuk orang lain, untuk kelompok, untuk perusahaan, untuk kebaikan, untuk agama, untuk negara, untuk apa pun selain diri kita, sesungguhnya kita lakukan untuk diri kita sendiri. Kita hanya tidak tahu, atau tidak mau mengakuinya.