ini hampir jam 12 malam dan saya masih ada di kampus. 3 taun lebih kuliah disini saya baru 2 kali berada selarut ini di kampus, pertama waktu HUT Palapsi 2 setengah taun yang lalu pas fakultas ngasih izin nginep di kampus, terus hari ini karena saya kebagian jaga posko Psikologi Untuk Merapi.
beberapa fenomena alam baru-baru ini, mulai dari Wasior hingga Merapi; yang orang-orang menamakannya "bencana", sedikit banyak membuat saya mempertanyakan kembali keyakinan saya akan sesuatu hal yang lebih besar dari alam semesta; yang orang-orang menamakannya "tuhan"
dalam keadaan seperti ini seharusnya orang se-skeptis saya biasa menganggap segala hal yang terjadi di alam semesta itu bersifat netral, dan manusia yang memaknainya sedemikian rupa sehingga tidak menjadi netral lagi, mulai dari "bencana" hingga "anugerah".
tapi kali ini saya memutuskan untuk berpikir seperti orang normal, saya mengatakan berulangkali pada diri saya bahwa ada maksud dibalik ini semua, saya memutuskan untuk memaknai --sebuah kata yang padahal sedang saya benci akhir-akhir ini-- awan panas yang keluar dari Merapi dan menghancurkan Desa Kinahrejo, desa yang sejujurnya saya tidak mempunyai ikatan batin yang cukup kuat dengannya, termasuk dengan seorang penduduk desa tersebut yang menjadi korban awan panas itu yang membuat beberapa teman saya sedih, tapi itu cukup untuk membuat saya berdebat dengan diri saya sendiri dan berkata "hey ini sama sekali bukan kejadian netral! ini semua ada maksudnya, ini semua harus ada maksudnya!". belum lagi ditambah dengan ekspresi para pengungsi yang saya lihat tempo hari, serta beberapa potongan berita di tivi, yah ini lebih dari cukup.
mungkin terdengar seperti saya memaksakan keyakinan kepada diri saya sendiri, tapi jujur saja, ini membuat saya merasa aman. ketika seorang teman pernah berkata "orang akan inget tuhan kalo lagi ada bencana", hari ini saya betul-betul mengamininya. saya rindu tuhan.